5 Tips Agar Tak Memilih Childfree
Punya anak itu merepotkan..
Punya anak itu melelahkan..
Punya anak itu menguras jiwa dan raga…
Belum lagi proses melahirkan. Semua rasa sakit seakan
ditumpuk jadi satu ketika proses kontraksi. Bagi saya yang mudah sekali
tertidur, ketika kontraksi saya terbangun setiap jam sekali di malam hari.
Belum lagi ketika akhirnya saya harus menjalani operasi caesar,
meski operasi tersebut tak meninggalkan rasa sakit, kondisi badan pasca operasi
tak lagi sama. Hingga enam bulan sesudah melahirkan, punggung saya sering
sekali mengalami nyeri yang luar biasa.
Proses menyusui juga tak kalah menantang. Panas dingin badan
lantaran payudara terasa seperti batu ketika telat menyusukan lantaran tak
membangunkan bocah yang sedang tertidur. Belum lagi, ketika bayi menggigit puting
susu, aduhai.
Di atas itu semua, yang terberat adalah proses membesarkan
dan mendidik anak. Prosesnya seumur hidup, tanggung jawabnya hingga akhirat.
Berat? Sungguh berat.
Namun, apakah bikin kapok? Insya Allah enggak. Saya berdoa
semoga bisa punya anak setidaknya satu lagi.
Mengapa? Mengapa harus mengambil semua kerepotan dan
kesusahan itu?
Maka, jika saya melakukan refleksi diri, saya akan
menjawabnya karena itu merupakan sebuah kodrat alami manusia. Naluri. Saya
bukan seorang perempuan yang keibuan sebelum menikah, tetapi setelah saya
menikah, insting keibuan itu muncul dengan sendirinya.
Keinginan memiliki anak. Naluri ingin menyayangi, mendidik,
dan melindungi. Let me call it God’s given.
Nah, jika ada seseorang yang memutuskan untuk tidak memiliki
anak (childfree), saya berpandangan ada trauma mendalam yang
dirasakannya sehingga membuatnya mengambil keputusan demikian. Trauma yang
lebih besar dibanding ketakutannya tidak dapat memenuhi kebutuhan sang anak,
ketakutan tak bisa berkarier (bagi perempuan), dan ketakutan-ketakutan lainnya.
Saya bisa paham jika ada orang yang memutuskan untuk childfree.
Jika itu memang keputusannya yang diambil dengan pertimbangan matang, tak ada
hak bagi orang lain untuk menghujatnya.
Namun, jika kamu sedang ragu-ragu untuk memiliki anak atau tidak, maka dalam postingan ini saya ingin memberikan tips yang memperkuatmu untuk memiliki anak :
Selesaikan trauma masa lalu sebelum menikah
Seseorang mungkin datang dari orang tua yang bercerai, ayah yang suka memukul, atau keluarga dari kondisi ekonomi memprihatinkan sehingga menyebabkannya takut memiliki anak. Maka, selesaikanlah trauma masa lalumu sebelum menikah agar langkah ke depan semakin mudah. Tak ada salahnya menggunakan jasa psikolog jika memang membutuhkan bantuan.
Siapkan finansial yang cukup sebelum memiliki anak
Anak memang rezeki dan membawa rezekinya tersendiri.
Namun, memiliki anak memang membutuhkan biaya yang besar. Anggap saja periksa
kandungan dan melahirkan ditanggung BPJS, kamu membutuhkan biaya untuk makan
bergizi dan vitamin. Biaya vaksinasi, susu, popok, dan tentu saja biaya sekolah
amat perlu untuk dipikirkan. Tentu, kita ingin memberikan yang terbaik bagi
anak semaksimal mungkin.
Punya uang yang cukup amat memudahkan ketika memiliki anak. Bahkan, kondisi finansial merupakan salah satu penyebab utama perceraian di Indonesia.
Siapkan mental sebelum memiliki anak
Hidup berubah setelah memiliki anak, itu
benar sekali. Dulu bebas mau ke mana-mana, sekarang ada si kecil yang tak bisa
ditinggal. Banyak keinginan yang harus dikesampingkan setelah memiliki anak.
Maka, persiapkan mentalmu untuk menjadi seorang ibu jauh sebelum hamil.
Persiapkan konsekuensi pilihanmu untuk memiliki anak.
Siapkan support system pengasuhan anak
Memberikan anak yang terbaik dimulai
semenjak memilih pasangan hidup yang akan menjadi ayah anakmu. Misalnya, bagaimana
mungkin kamu mengharapkan ayah yang bisa mendidik agama misalnya jika kamu
memilih laki-laki yang jauh dari nilai-nilai agama menjadi suami?
Pasangan merupakan support system utama pengasuhan anak, pilihlah dengan bijak. Dukungan lain dalam pengasuhan anak bisa melibatkan orang tua, pengasuh, atau tempat penitipan anak jika kamu seorang ibu yang bekerja. Kondisikan kesiapan support system sebelum anak terlahir ke dunia.
Have faith in God
Betapapun seseorang menginginkan seorang
anak, jika Yang Maha Kuasa belum berkehendak maka ia belum akan menjadi orang
tua, begitupun sebaliknya. Urusan anak adalah hak prerogatif Tuhan, maka
pasrahkan kepada-Nya memohon takdir terbaik dari-Nya.
Jika ditakdirkan memiliki anak, yakinilah
kamu akan memiliki kekuatan untuk menjalani takdir sebagai seorang ibu. Maka,
yakinilah hal itu, apa pun agamamu.
Memiliki anak atau tidak, menurut saya, adalah hak masing-masing orang. Namun, saya percaya bahwa memiliki anak adalah salah satu naluri manusia. Oleh karena itu, persiapkan dengan baik atas naluri tersebut.
Bagaimana pendapatmu tentang childfree? Share, yuk!
Kalau pendapatku tentang Childfree enggak setuju sih kalau dari perspektif Islam. Udah keluar koridor dia sebagai hamba, fitrahnya sebagai ibu, dan sebagainya. Kalau patokannya diri pasti gak akan selesai tapi kalau patokannya visi akhirat karena Allah maka dia akan mengesampingkan egonya.
ReplyDeleteKalau aku sih nggak masalah dia mau childfree atau sex free terserah dia lah tapi kalau bisa tuh jangan memprovokasi ibu-ibu lainnya gitu loh soalnya kan bagaimanapun banyak orang yang berbahagia dengan memiliki anak. Harusnya dia juga melihat betapa banyak pejuang garis dua untuk mendapatkan momongan
ReplyDeletenaahh idem, biarin aja kalau mau childfree, toh hidup itu pilihan kan? Jalani aja pilihannya, gak usahlah jadi kompor ntar malah diserang balik.
Deleteempatilah pada mereka yang sedang berjuang, yang telah lama bahkan belasan atau malah puluhan berjuang dan terus berjuang untuk bisa dapatin anak.
rasanya setiap wanita memiliki naluri sebagai seorang ibu, hanya saja dalam perjalanan hidup, ada saja hal-hal yang membuat naluri itu semakin kuat atau bahkan melemah. Buat saya kembali lagi karena hadirnya seorang anak itu merupakan hak perogatif Allah, karena Allah Maha Tahu takdir terbaik buat umatnya
ReplyDeletemenurut saya, memilih untuk childfree itu gak salah. yang salah adalah ketika memutuskan untuk punya anak tapi malah membuat anaknya menderita. lagian selama ini kita udah sering disuguhkan kampanye banyak anak banyak rezeki, mengapa ketika ada yang terang-terangan ngaku childfree malah dipersoalkan?
ReplyDeleteSebenarnya, memilih punya anak atau tidak itu hak pribadi masing-masing individu
ReplyDeleteyang nggak boleh itu menghakimi pilihan orang
kalau mau childfree yo monggo tapi jangan merendahkan orng yang mau punya anak
anak sendiri adalah titipan, Tuhan pasti akan kasih keprcayaan bagi yang dianggap mampu merawat titipan Nya